College's Story

MENGABDI DI KAMPUNG SENDIRI : TANTANGAN KKN MANDIRI DI KALA PANDEMI COVID-19

KKN (Kuliah Kerja Nyata), kata yang tidak asing ditelinga kita khususnya mahasiswa. KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu yang didapatkan pada perkuliahan, yang tujuannya membantu memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat.

KKN terdengar begitu mengasyikan, seru, dan penuh tantangan. Apalagi bisa berkolaborasi bersama teman dari berbagai fakultas. Namun, apa jadinya jika dilakukan secara mandiri atau sendiri? Nah itu dia, melalui tulisan ini saya akan berbagi pengalaman KKN yang saya lakukan secara mandiri.

Memang berbeda dari periode sebelumnya, KKN Universitas Airlangga Periode ke 62 dilakukan secara daring dan offline. Mengapa demikian? Karena di masa ini, dunia sedang dilanda bencana pandemi covid-19. Berbagai kegiatan seperti berkumpul sangat tidak dianjurkan. Begitu halnya dengan KKN perlu melibatkan masyarakat, sehingga perkumpulan sangat tidak dianjurkan. KKN peride ini dapat dilakukan secara offline atau turun lapangan, tapi mahasiswa harus menerapkan protokol kesehatan.

Well, KKN yang saya laksanakan kali ini berlokasikan di Kota Tolitoli, Sulawesi Tengah. Berbeda dengan kawan lainnya terbentuk dalam tim, saya melakukan KKN secara mandiri. Oleh karena, tak ada kawan yang sedaerah dengan saya. Ketika saya mengetahui harus melaluinya sendiri, terlintas sebuah kalimat dipikiran saya “Apakah saya bisa melakukan ini semua sendiri”?

Ini menjadi sebuah konsekuensi dan tantangan tersendiri bagi saya. Mulai dari penyusunan proposal kegiatan, bertemu pihak berkepentingan, implementasi kegiatan, membuat video dokumentasi, hingga penyusunan laporan saya lakukan sendiri. Awalnya saya cukup galau menjalani ini, namun saya berusaha berfikir positif.

Mungkin anda bertanya, kenapa sih harus galau ?

Baiklah, saya merasa galau karena memikirkan program kerja apa yang akan saya lakukan, teknisnya seperti apa, dan saya harus konfirmasi ke siapa? Ini memang, cukup membingungkan bagi saya. Ditambah lagi, saya termasuk pribadi yang introvert.

Saya berusaha mengembalikan semangat, dengan menuliskan kalimat renungan dan penyemangat pada selembaran kertas yang bertuliskan :

“Untuk apa ilmu yang didapatkan selama ini? Apakah hanya untuk dirimu saja? Ingatlah, Ilmu menjadi lebih berkah, jika kamu dengan ikhlas membagikan kepada orang lain…Ingatlah kebaikan yang dilakukan sekecil apapun, jangan pernah dianggap remeh, karena tanpa  disadari kebaikan itu memberikan manfaat bagi orang lain…Jangan biarkan rasa takut, menghadangmu untuk berbuat baik dan berproses.”

“Saya pasti bisa mengabdi bersama masyarakat”

“Saya hebat, berani, pasti bisa melaksanakan KKN ini dengan baik”

Mungkin menurut pembaca ini cukup berlebihan. Tapi, kalimat ini sangat berdampak baik bagi mindset saya. Setiap harinya, saya bangun pagi dan membaca kalimat-kalimat tersebut yang ditempel pada dinding kamar. Sambil menghirup udara pagi yang segar, saya membaca kalimat itu dengan penuh keyakinan. Pikiran saya jauh lebih tenang, untuk menghilangkan rasa jenuh, saya keluar berjalan kaki mengamati lingkungan sekitar.

Saya mengamati aktifitas masyarakat setempat saat pandemi ini, lingkungan sekitar sangat sepi. Warung-warung makan sebagian besar tutup, anak-anak tak terlihat bermain bersama temannya, penduduk setempat juga sibuk dengan aktifitas masing-masing. Saya juga mengamati, sebagian besar penduduk masih mengabaikan protokol kesehatan. Tentunya kondisi seperti ini, dialami di daerah lain juga.

Setelah mengamati, saya kembali ke rumah. Mulai menulis beberapa ide program kerja, 3 hari lamanya berusaha memikirkan ide, hingga akhirnya saya memutuskan berfokus pada bidang kesehatan dan pendidikan. Rencana kegiatan ini, tentunya saya konsultasikan secara online bersama Dosen Pembina Pembangungan Desa (DP2D). Tak hanya itu, untuk menjalankan program kegiatan saya menemui beberapa pihak berkepentingan seperti Ketua RW, Kepala Kelurahan, Ketua RT, Tokoh Agama, dan Kepala Sekolah. Menemui pihak bersangkutan, tentunya tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan kunjungan satu persatu.

Lagi-lagi, jadwal kunjungan pada pihak berkepentingan terdapat beberapa kendala, salah satunya saya tidak dapat bertemu ketua kelurahan baru. Akhirnya saya memutuskan memberikan surat izin kepada staff kelurahan baru.

Tidak hanya itu, untuk mendapatkan izin lebih lanjut, saya menemui Ketua RW dan Ketua RT menyampaikan program kegiatan yang akan saya lakukan. Selain menyampaikan maksud, wawancara juga dilakukan sebagai tambahan informasi kegiatan masyarakat setempat dikala pandemi.

Alhamdulillah, kegiatan yang saya rancang disetujui oleh ketua RW dan ketua RT. Adapun kegiatan yang saya ajukan yaitu penyuluhan online (khusus remaja), pembuatan disinfektan untuk rumah ibadah, sosialisasi etika batuk bersin, sosialisasi cuci tangan pakai sabun. Berbagai kegiatan tersebut, tentu saja tidak terlepas dari berbagai kendala, namun karena bantuan dari berbagai pihak permasalahan dapat diatasi dengan baik. Alhamdulillah, 1 bulan saya dapat menjalankan KKN dengan baik. Program kerja yang saya lakukan memang belum sepenuhnya, memberikan dampak menyeluruh bagi masyarakat setempat. Evaluasi saya lakukan, jika di periode selanjutnya KKN UNAIR dilakukan di wilayah ini, saya berharap berbagai kegiatan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan memberikan dampak baik dalam jangka waktu yang panjang.

Tinggalkan komentar